Tuesday, 10 November 2015

Kisah Teladan

Siti Rahmah

Istri Penuh Teladan


Siti Rahmah adalah putri dari Afayin bin Yusuf bin Ya’kub as. Seorang wanita yang sholehah dan taat pada suaminya, Nabi Ayyub as. Mereka hidup kaya raya, namun tetap taat pada Allah Swt. Ketakwaan Ayyub kepada Allah membuat para iblis dengki. Maka iblis dan kroninya meminta izin kepada Allah untuk melakukan tipu daya agar Ayyub berpaling dari-Nya dan Allah mengabulkannya. Mereka membakar habis lahan pertanian yang siap panen dan merobohkan rumah Ayyub, sehingga putra-putrinya meninggal dunia tanpa sisa.

Tapi, Ayyub berkata dengan tenang dan sabar, ‘’Allah yang meminjamiku harta dan anak-anak, haruskah aku merasa susah dan sedih jika diambil pemiliknya kembali?’’. Karenanya iblis melakukan tipu daya selanjutnya, yaitu memberikan penyakit kulit pada Ayyub yang tidak ada obatnya. Sampai dua tahun lamanya Ayyub menderita penyakit kulit. Tubuhnya tinggal kulit membalut tulang. Harta melimpah dan anak-anak yang berbakti sudah tak dimilikinya lagi. Hanya istrinya, Siti Rahmah yang masih mendampinginya saat masyarakat mengusirnya karena merasa jijik.

Rahmah merawat suaminya dengan penuh kasih. Ia menggendong tubuh suaminya untuk mencari tempat baru. Selain membangun gubuk yang sederhana, setiap hari Rahmah mencari buah-buahan di hutan sebagai bahan makanan mereka. Dalam penderitaan tersebut, Ayyub tidak pernah melupakan Allah sedikit pun. Demikian juga Rahmah yang sabar dan ikhlas merawat suaminya. Melihat pengorbanan sang istri, Ayyub berkata, ‘’Istriku, andai kau bosan dan capek merawatku, tinggalkanlah aku sendiri di sini. Biarlah aku hanya bersama Allah, karena aku yakin Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya.’’ Dengan linangan air mata Rahmah menjawab, ‘’Wahai Nabi Allah, haruskah aku meninggalkanmu dalam keadaan sakit, sedangkan Allah saja mau bersamamu? Ketahuilah di mana pundan kemana pun kau berada aku akan selalu mendampingimu,’’. Dengan penuh haru, Ayyub memberikan ucapan terima kasih dengan kesetiaan sang istri.

Memasuki tahun ketujuh, bahan makanan di hutan telah habis. Maka Rahmah pun memotong rambutnya untuk dijual ke pasar. Saat pulang membawa roti, Ayyub terkejut, ‘’Dari mana kau mendapatkan makanan mahal ini? ‘’Dengan merasa bersalah Rahmah menceritakan semuanya, Ayyub menjadi murka, ‘’Rahmah, kenapa kau perdagangkan rambutmu tanpa sepengetahuanku, tunggu saatnya nanti jika aku sembuh pasti kau aku cambuk 100 kali!’’ Rahmah hanya terdiam tak membalas.

Melihat ketabahan dan keimanan Ayyub, iblis pun merasa kagum. Pada tahun kedelapan, Allah menyembuhkan penyakit Ayyub dengan mata air bekas hentakan kakinya. Dengan izin Allah pula, semua milik Ayyub dikembalikan: harta, anak, serta rumahnya. Tiba saatnya Ayyub melaksanakan janji mencambuk Rahmah yang telah menjual rambutnya. Namun iya merasa gamang karena terlalu saying kepada istrinya. Allah pun menyuruhnya memukul istrinya dengan seikat rumput berjumlah 100 buah agar janjinya menjadi gugur. Rahmah menerinya dengan ikhlas.


Ketabahan dan keihlasan Rahmah sangat luar biasa, sehingga pantas jika jadikan panutan. Kehidupan rumah tangga adalah ‘hayatul amal’. Ia diwarnai oleh beban-beban dan kewajiban. Landasan kehidupan rumah tangga bukan semata kesenangan dan romantika, melainkan tolong-menolong dalam memikul beban kehidupan dan beban dakwah.

No comments:

Post a Comment

Nama :
Kota :
Komentar :