Wednesday, 18 November 2015

Bobot, Bibit dan Bebet

Bibit, Bobot, Bebet



Setiap orang memiliki kriteria ideal untuk menentukan pendamping hidup. Ada yang punya banyak kriteria, ada juga yang sedikit kriteria. Orang Jawa merumuskannya dengan 3 kriteria: bobot, bibit dan bebet. Bagi orang jawa asli pasti sudah paham betul mengenai 3 hal tersebut. Bagi yang belum tahu, saya disini mau membahas tentang 3 kriteria tersebut.

                BIBIT artinya berasal dari keluarga seperti apa calon pasangan hidup kita? Apakah dari keluarga baik-baik atau keluarga yang berantakan? Dari keluarga pejabat atau rakyat biasa? Dari keluarga kaya atau miskin? Bibit memberikan pertimbangan dari faktor keturunan.
                Keluarga yang harmoni cenderung melahirkan anak-anak yang berbudi baik. Ayah-ibu yang shalih-shalihah cenderung melahirkan anak-anak yang shalih-shalihah juga, meskipun sangat terbuka kemungkinan, lahir anak shalih dari keluarga yang tidak shalih. Ada pepatah yang mengatakan, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

                BEBET artinya melihat calon pendampinghidup dari sisi orang-orang dekatnya atau teman-temannya atau lingkungannya. Jika teman-temannya orang yang shalih, besar kemungkinan dia memiliki pribadi yang shalih. Manusia adalah anak dari lingkungannya. Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenannya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” (HR. Tirmidzi)

                 BOBOT artinya nilai dari calon pendamping hidup, disini termasuk kepribadian, tingkat pendidikan, kecerdasan, pekerjaan, penghasilan, juga nilai pribadi seperti gaya hidup dan pemahaman agama. Islam mengajarkan kepada kita, jangan asal-asalan memilih jodoh. Sebelum menentukan pasangan hidup, pikirkan kriteria idealnya dan tentukan pendamping sesuai kriteria. Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita karena agamanya, niscaya engkau akan bahagia.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Bukan Gelandangan
                Pesan leluhur Jawa maupun pesan agama di atas mempunyai maksud yang baik, agar kelak keluarga yang dibentuk bisa menjadi keluarga yang  sakinah, mawadah dan warahmah.
                Keluarga mawadah adalah keluarga yang tetap kompak, suami istri bersedia menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Cinta suami-istri tetap hadir dalam kondisi bahagia maupun sedih, saat lapang maupun sempit, saat sakit maupun sehat, saat kaya maupun miskin.
                Dua kriteria ideal (Jawa maupun Islam) memberitahukan pada kita bahwa, saat menikah kita tidak hanya mempertimbangkan dari sudut satu orang saja. Dia bukanlah seorang lelaki atau wanita yang sebatangkara. Calon pendamping hidup kita, memiliki ayah, ibu, adik, kakak, teman dan lingkungannya selama ini.

                Jika telah menerima dia sebagai pendamping hidup, sudah seharusnya bersedia menerima orang-orang disekitarnya juga. Jika orang-orang di lingkungannya baik, bersyukurlah karena aura kebaikan itu pasti membawa kebaikan keluarga kita. Jika lingkungan dia tidak baik, erimalah sebagai sebuah pelung dan tantangan untuk bisa memperbaikinya.

No comments:

Post a Comment

Nama :
Kota :
Komentar :