Bibit, Bobot, Bebet
Setiap orang memiliki kriteria ideal untuk menentukan
pendamping hidup. Ada yang punya banyak kriteria, ada juga yang sedikit kriteria.
Orang Jawa merumuskannya dengan 3 kriteria: bobot, bibit dan bebet. Bagi orang jawa asli pasti sudah paham
betul mengenai 3 hal tersebut. Bagi yang belum tahu, saya disini mau membahas
tentang 3 kriteria tersebut.
BIBIT artinya berasal dari keluarga
seperti apa calon pasangan hidup kita? Apakah dari keluarga baik-baik atau
keluarga yang berantakan? Dari keluarga pejabat atau rakyat biasa? Dari keluarga
kaya atau miskin? Bibit memberikan pertimbangan dari faktor keturunan.
Keluarga
yang harmoni cenderung melahirkan anak-anak yang berbudi baik. Ayah-ibu yang
shalih-shalihah cenderung melahirkan anak-anak yang shalih-shalihah juga,
meskipun sangat terbuka kemungkinan, lahir anak shalih dari keluarga yang tidak
shalih. Ada pepatah yang mengatakan, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.
BEBET artinya melihat calon
pendampinghidup dari sisi orang-orang dekatnya atau teman-temannya atau
lingkungannya. Jika teman-temannya orang yang shalih, besar kemungkinan dia
memiliki pribadi yang shalih. Manusia adalah anak dari lingkungannya. Rasulullah
SAW bersabda, “Seseorang itu akan
mengikuti agama temannya, karenannya hendaklah salah seorang diantara kalian
mencermati kepada siapa ia berteman.” (HR. Tirmidzi)
BOBOT
artinya nilai dari calon pendamping hidup, disini termasuk kepribadian, tingkat
pendidikan, kecerdasan, pekerjaan, penghasilan, juga nilai pribadi seperti gaya
hidup dan pemahaman agama. Islam mengajarkan kepada kita, jangan asal-asalan
memilih jodoh. Sebelum menentukan pasangan hidup, pikirkan kriteria idealnya
dan tentukan pendamping sesuai kriteria. Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena 4 perkara.
Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah
wanita karena agamanya, niscaya engkau akan bahagia.” (HR. Bukhori dan
Muslim).
Bukan Gelandangan
Pesan
leluhur Jawa maupun pesan agama di atas mempunyai maksud yang baik, agar kelak
keluarga yang dibentuk bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.
Keluarga
mawadah adalah keluarga yang tetap kompak, suami istri bersedia menerima
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Cinta suami-istri tetap hadir dalam
kondisi bahagia maupun sedih, saat lapang maupun sempit, saat sakit maupun
sehat, saat kaya maupun miskin.
Dua
kriteria ideal (Jawa maupun Islam) memberitahukan pada kita bahwa, saat menikah
kita tidak hanya mempertimbangkan dari sudut satu orang saja. Dia bukanlah
seorang lelaki atau wanita yang sebatangkara. Calon pendamping hidup kita,
memiliki ayah, ibu, adik, kakak, teman dan lingkungannya selama ini.
Jika
telah menerima dia sebagai pendamping hidup, sudah seharusnya bersedia menerima
orang-orang disekitarnya juga. Jika orang-orang di lingkungannya baik,
bersyukurlah karena aura kebaikan itu pasti membawa kebaikan keluarga kita.
Jika lingkungan dia tidak baik, erimalah sebagai sebuah pelung dan tantangan
untuk bisa memperbaikinya.
No comments:
Post a Comment
Nama :
Kota :
Komentar :