Manusia itu sistem hidup yang terbentuk dari materi. Sesungguhnya
Allah telah menciptakan Adam dari tanah liat. Allah berfirman:
71.
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku
akan menciptakan manusia dari tanah".
72.
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". (QS. Shad: 71-72).
Kemudian manusia saling bertanya tentang esensi ruh, mereka
bertanya kepada Rasulullah Muhammad saw tentang ruh, lalu wahyu datang sebagai
jawaban dari Tuhan semua alam:
85.
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’: 85).
Ruh sebagai rahasia kehidupan (nyawa) adalah urusan Allah swt. Dia
telah meletakkannya pada manusia dan menyandarkannya pada zat-Nya, Dia
berfirman: Aku tiupkan padanya ruh-Ku, yakni ruh ciptaan-Ku, maksudnya
bukan ruh bagian dari-Ku, karenanya Dia berfirman: Katakanlah; ruh itu
urusan Tuhanku, yakni, telah diciptakan dengan perintah dari Allah swt.
Manusia tidak bisa memahami realita ruh ini, tetapi dia memahami
bahwasanya ruh itu melalui penampakan-penampakannya, yaitu tumbuh, bergerak dan
bereproduksi. Semuanya menunjukkan eksistensi ruh. Selagi manusia itu masih
bisa tumbuh, bergerak dan bereproduksi, maka dikatakan bahwa manusia ini hidup
dan pada dirinya ada ruh. Dan ketika semua penampakan (mazhhar) tersebut
tiada, maka dikatakan bahwa manusia itu mati dan pada dirinya tidak ada ruh.
Allah swt telah meletakkan ruh itu pada Adam. Ruh itu merupakan
urusan-Nya dengan kehidupan. Mulai periode Adam as. sampai masa kita ini,
bahkan sampai menghilangnya kehidupan manusia di atas permukaan bumi ini, ruh
selalu menyebar dari manusia satu ke manusia yang lain melalui proses
perkawinan sebagai hasil pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur
perempuan. Lalu tubuh baru itu mulai berkembang sampai pada akhirnya menjadi
manusia sempurna setelah melewati beberapa tahapan, firman Allah:
5.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka
(ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS.
Al-Hajj: 05).
Perkara ini dapat diindra pada kejadian semua manusia kecuali
penciptaan Isa as, maka Allah swt telah meniupkan ruh kepadanya dengan tanpa
perpindahan ruh melalui proses perkawinan. Karena Allah swt memerintahkan
supaya ruh itu berada pada diri Isa as. secara langsung. Dia berfirman:
59.
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia. (QS. Ali Imran: 59).
Yakni, Allah telah mewujudkan ruh dari tidak ada pada diri Isa as
sebagaimana telah mewujudkannya pada Adam. Dia berfirman tentang Maryam:
91.
dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami
tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan Dia dan anaknya
tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’: 91).
Maryam adalah seorang wanita yang terpelihara dan menjaga
kehormatannya, tidak pernah melakukan perbuatan keji, tidak pernah menikah
sehingga ruh tidak berpindah ke rahimnya melalui proses pertemuan sperma
laki-laki dengan sel telurnya. Bahkan Allah swt telah meniupkan ruh itu pada
rahimnya dengan perintahnya dari tidak ada sebagaimana Allah swt telah
meniupkan ruh itu pada tanah ketika Adam as diciptakan dari tanah.
Ruh yang menjadi rahasia kehidupan adalah urusan dari Allah kepada
materi yang terbentuh menjadi tubuh manusia supaya bisa tumbuh, bergerak dan
bisa bereproduksi pada materi itu. Manusia tubuhnya akan kehilangan kemampuan
itu, ketika ruhnya diambil.
Sedangkan ruh menurutanggapan orang-orang Barat dan sebelum mereka,
orang-orang Yunani, bahwa ruh itu merupakan bagian dari manusia. Mereka
mengatakan , bahwa manusia itu terbentuk dari materi dan ruh, sedangkan ruh ini
merupakan pancaran (emanasi) dari at Allah swt. Ketika ruh menguasai
materi, maka manusia menjadi luhur dan tingkah lakunya mendekati kesempurnaan
ketuhanan (kamal ilaahiyah). Dan ketika materi menguasai ruh, maka
merosotlah tingkah laku manusia itu. Padahal ruh yang telah dipropagandakan
oleh mereka sebenarnya eksistensinyatidak ada dan ruh tersebut bukanlah rahasia
kehidupan (nyawa), karena secara faktual bahwa manusia itu terbentuk dari
materi saja. Sedangkan ruh (rahasia kehidupan) tidak bertambah dan berkurang
karena merosot atau luhur manusia.
Maka ruh yang membuat manusia menjadi luhur adalah sesuatu yang
lain (bukan nyawa, edt), bukan merupakan bagian dari manusia. Ruh tersebut
hanyalah sifat buatan yang melekat (sifat thariaah). Manusia dapat
meraihnya dari luardirinya dan sifat ini mempengaruhi tingkah lakunya. Dengan
sifat ini manusia menjadi luhur, sehingga ia mampu mengontrol naluri-naluri dan
kebutuhan-kebutuhan jasmaninya. Sifat ini tidak ada , kecuali ketika manusia
itu melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan sistem yang berada di luar dirinya
yaitu sesuai sistem yang datang dari kekuatan yang lebih luhur dari manusia
yaitu Allah swt.Keterikatan tidak akan pernah ada kecuali apabila manusia itu
benar-benar beriman dengan Allah swt dan menyadari hubungan dengan-Nya. Jadi
ruh dalam pembahasan diatas, yang dapat menjadikan manusia luhur bukanlah
rahasia kehidupan (sirrul hayat), melainkan kesadaran hubungan dengan
Allah swt (idrak shillah billahi).
Sifat buatan itu tidak akan ada pada diri manusia kecuali setelah
ia beriman bahwa dia memiliki Sang Pencipta yang telah menciptakannya, dan
kesadaran akan hubungan setiap makhluk seperti alam semesta, manusia dan
kehidupan dengan Sang Pencipta. Ketika manusia memperhatikan makhluk apa saja
seperti bulan dan ia menyadari bahwa bulan ini memiliki hubungan dengan Allah swt
yaitu bahwa Allah lah yang menciptakannya, maka kesadaran demikian merupakan
ruh pada diri manusia itu. Ketika ia tidak memiliki kesadaran hubungan dengan
Allah atau ia kosong dari kesadaran hubungan itu, maka ia menjadi manusia tanpa
ruh.
Jadi ruh yang dipropagandakan orang-orang Barat itu bukan merupakan
bagian dari manusia, melainkan kesadaran hubungan dengan Allah swt. Kesadaran
hubungan ini menjadikan manusia melaksanakan perbuatannya sesuai dengan
perintah dan larangan Allah swt. Kesadaran inilah yang menunjukkan eksistensi
ruh pada diri manusia.
Perasaan manusia akan keagungan, kekuasaan dan pengetahuan
Khaliqsebagai dampak penemuan ini adalah merupakan nilai rohani (ruhaniyah).
Ketika perasaan ini terus berkesinambungan, maka manusia bisa hidup dalam
kondisi iman (jawwu imani). Perasaan itu mendorong manusia untuk
mengikatkan diri dengan segala perintah dan segala larangan Allah swt dengan
penuh ridho serta ketenangan (thuma’ninah).
Sedangkan aspek ruhiyah (spiritual) pada segala sesuatu ialah segala
sesuatu itu merupan makhluk al-Khaliq. Aspek ruhiyah pada gunung, hewan atau
manusia ialah bahwa semuanya merupakan makhluk al-Khaliq. Tidak akan bisa
memahami aspek ini selain orang yang beriman dengan eksistensi al-Khaliq yang
telah menciptakan segala sesuatu tersebut.
Islam telah mendorong manusia supaya memahami aspek ruhiyah pada
segala sesuatu dan pada dirinya. Semua itu adalah untuk menguatkan ruh, yaitu
kesadaran hubungan segala makhluk dengan Allah swt. Dia berfirman:
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia
diciptakan,
18.
dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19.
dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20.
dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS.
Al-Ghasyiyah: 17-20).
Setelah ayat-ayat diatas, Allah swt berfirman:
21. Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah
orang yang memberi peringatan. (QS. Al-Ghasyiyah: 21).
Allah swt menyuruh Rasulullah saw agar mengingatkan manusia tentang
hubungannya dengan Allah dan semua makhluk. Hubungan ini bernama hubungan
penciptaan (shillatu khalqi). Semua itu adalah untuk menguatkan ruh manusia.
Allah swt berfirman:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS.
Ali Imran:190).
Sumber
Buku: Abdullah, Muhammad Husain, Mafahim Islamiyah: Menajamkan
Pemahaman Islam, Bangil: Al-Izzah, 2002, hlm. 5-9.