Tuesday, 10 October 2017

RUH

Manusia itu sistem hidup yang terbentuk dari materi. Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dari tanah liat. Allah berfirman:

71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". (QS. Shad: 71-72).

Kemudian manusia saling bertanya tentang esensi ruh, mereka bertanya kepada Rasulullah Muhammad saw tentang ruh, lalu wahyu datang sebagai jawaban dari Tuhan semua alam:

85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’: 85).

Ruh sebagai rahasia kehidupan (nyawa) adalah urusan Allah swt. Dia telah meletakkannya pada manusia dan menyandarkannya pada zat-Nya, Dia berfirman: Aku tiupkan padanya ruh-Ku, yakni ruh ciptaan-Ku, maksudnya bukan ruh bagian dari-Ku, karenanya Dia berfirman: Katakanlah; ruh itu urusan Tuhanku, yakni, telah diciptakan dengan perintah dari Allah swt.

Manusia tidak bisa memahami realita ruh ini, tetapi dia memahami bahwasanya ruh itu melalui penampakan-penampakannya, yaitu tumbuh, bergerak dan bereproduksi. Semuanya menunjukkan eksistensi ruh. Selagi manusia itu masih bisa tumbuh, bergerak dan bereproduksi, maka dikatakan bahwa manusia ini hidup dan pada dirinya ada ruh. Dan ketika semua penampakan (mazhhar) tersebut tiada, maka dikatakan bahwa manusia itu mati dan pada dirinya tidak ada ruh.

Allah swt telah meletakkan ruh itu pada Adam. Ruh itu merupakan urusan-Nya dengan kehidupan. Mulai periode Adam as. sampai masa kita ini, bahkan sampai menghilangnya kehidupan manusia di atas permukaan bumi ini, ruh selalu menyebar dari manusia satu ke manusia yang lain melalui proses perkawinan sebagai hasil pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur perempuan. Lalu tubuh baru itu mulai berkembang sampai pada akhirnya menjadi manusia sempurna setelah melewati beberapa tahapan, firman Allah:

5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al-Hajj: 05).

Perkara ini dapat diindra pada kejadian semua manusia kecuali penciptaan Isa as, maka Allah swt telah meniupkan ruh kepadanya dengan tanpa perpindahan ruh melalui proses perkawinan. Karena Allah swt memerintahkan supaya ruh itu berada pada diri Isa as. secara langsung. Dia berfirman: 
59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia. (QS. Ali Imran: 59).

Yakni, Allah telah mewujudkan ruh dari tidak ada pada diri Isa as sebagaimana telah mewujudkannya pada Adam. Dia berfirman tentang Maryam: 
91. dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan Dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’: 91).

Maryam adalah seorang wanita yang terpelihara dan menjaga kehormatannya, tidak pernah melakukan perbuatan keji, tidak pernah menikah sehingga ruh tidak berpindah ke rahimnya melalui proses pertemuan sperma laki-laki dengan sel telurnya. Bahkan Allah swt telah meniupkan ruh itu pada rahimnya dengan perintahnya dari tidak ada sebagaimana Allah swt telah meniupkan ruh itu pada tanah ketika Adam as diciptakan dari tanah.

Ruh yang menjadi rahasia kehidupan adalah urusan dari Allah kepada materi yang terbentuh menjadi tubuh manusia supaya bisa tumbuh, bergerak dan bisa bereproduksi pada materi itu. Manusia tubuhnya akan kehilangan kemampuan itu, ketika ruhnya diambil.

Sedangkan ruh menurutanggapan orang-orang Barat dan sebelum mereka, orang-orang Yunani, bahwa ruh itu merupakan bagian dari manusia. Mereka mengatakan , bahwa manusia itu terbentuk dari materi dan ruh, sedangkan ruh ini merupakan pancaran (emanasi) dari at Allah swt. Ketika ruh menguasai materi, maka manusia menjadi luhur dan tingkah lakunya mendekati kesempurnaan ketuhanan (kamal ilaahiyah). Dan ketika materi menguasai ruh, maka merosotlah tingkah laku manusia itu. Padahal ruh yang telah dipropagandakan oleh mereka sebenarnya eksistensinyatidak ada dan ruh tersebut bukanlah rahasia kehidupan (nyawa), karena secara faktual bahwa manusia itu terbentuk dari materi saja. Sedangkan ruh (rahasia kehidupan) tidak bertambah dan berkurang karena merosot atau luhur manusia.

Maka ruh yang membuat manusia menjadi luhur adalah sesuatu yang lain (bukan nyawa, edt), bukan merupakan bagian dari manusia. Ruh tersebut hanyalah sifat buatan yang melekat (sifat thariaah). Manusia dapat meraihnya dari luardirinya dan sifat ini mempengaruhi tingkah lakunya. Dengan sifat ini manusia menjadi luhur, sehingga ia mampu mengontrol naluri-naluri dan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya. Sifat ini tidak ada , kecuali ketika manusia itu melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan sistem yang berada di luar dirinya yaitu sesuai sistem yang datang dari kekuatan yang lebih luhur dari manusia yaitu Allah swt.Keterikatan tidak akan pernah ada kecuali apabila manusia itu benar-benar beriman dengan Allah swt dan menyadari hubungan dengan-Nya. Jadi ruh dalam pembahasan diatas, yang dapat menjadikan manusia luhur bukanlah rahasia kehidupan (sirrul hayat), melainkan kesadaran hubungan dengan Allah swt (idrak shillah billahi).

Sifat buatan itu tidak akan ada pada diri manusia kecuali setelah ia beriman bahwa dia memiliki Sang Pencipta yang telah menciptakannya, dan kesadaran akan hubungan setiap makhluk seperti alam semesta, manusia dan kehidupan dengan Sang Pencipta. Ketika manusia memperhatikan makhluk apa saja seperti bulan dan ia menyadari bahwa bulan ini memiliki hubungan dengan Allah swt yaitu bahwa Allah lah yang menciptakannya, maka kesadaran demikian merupakan ruh pada diri manusia itu. Ketika ia tidak memiliki kesadaran hubungan dengan Allah atau ia kosong dari kesadaran hubungan itu, maka ia menjadi manusia tanpa ruh.

Jadi ruh yang dipropagandakan orang-orang Barat itu bukan merupakan bagian dari manusia, melainkan kesadaran hubungan dengan Allah swt. Kesadaran hubungan ini menjadikan manusia melaksanakan perbuatannya sesuai dengan perintah dan larangan Allah swt. Kesadaran inilah yang menunjukkan eksistensi ruh pada diri manusia.

Perasaan manusia akan keagungan, kekuasaan dan pengetahuan Khaliqsebagai dampak penemuan ini adalah merupakan nilai rohani (ruhaniyah). Ketika perasaan ini terus berkesinambungan, maka manusia bisa hidup dalam kondisi iman (jawwu imani). Perasaan itu mendorong manusia untuk mengikatkan diri dengan segala perintah dan segala larangan Allah swt dengan penuh ridho serta ketenangan (thuma’ninah).

Sedangkan aspek ruhiyah (spiritual) pada segala sesuatu ialah segala sesuatu itu merupan makhluk al-Khaliq. Aspek ruhiyah pada gunung, hewan atau manusia ialah bahwa semuanya merupakan makhluk al-Khaliq. Tidak akan bisa memahami aspek ini selain orang yang beriman dengan eksistensi al-Khaliq yang telah menciptakan segala sesuatu tersebut.

Islam telah mendorong manusia supaya memahami aspek ruhiyah pada segala sesuatu dan pada dirinya. Semua itu adalah untuk menguatkan ruh, yaitu kesadaran hubungan segala makhluk dengan Allah swt. Dia berfirman:
   
17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,
18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20).

Setelah ayat-ayat diatas, Allah swt berfirman:
21. Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. (QS. Al-Ghasyiyah: 21).

Allah swt menyuruh Rasulullah saw agar mengingatkan manusia tentang hubungannya dengan Allah dan semua makhluk. Hubungan ini bernama hubungan penciptaan (shillatu khalqi). Semua itu adalah untuk menguatkan ruh manusia. Allah swt berfirman:

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran:190).



Sumber Buku: Abdullah, Muhammad Husain, Mafahim Islamiyah: Menajamkan Pemahaman Islam, Bangil: Al-Izzah, 2002, hlm. 5-9.









No comments:

Post a Comment

Nama :
Kota :
Komentar :